Selasa, 23 Maret 2010

NU harus Kembali ke Khittah

JAKARTA--MI: Salah satu calok Ketua Umum NU KH Masdar F. Mas'udi menilai keberadaan Muktamar NU 2010 di Makassar merupakan momen pertaruhan yang menentukan.

"Sekarang ini NU berada dalam kepungan tantangan dan ancaman dari berbagai segi yang belum pernah dialami masa-masa sebelumnya," kata Masdar dalam siaran persnya, Selasa (23/3).

Tantangan itu, menurutnya, tantangan kekuasaan. NU mengalamai kebekuan hubungan akibat terlalu jauh memasuki arena pertarungan politik. Selama ini NU lebih banyak menjadi pendukung dan pencari suara (vote getter) dari calon dan partai tertentu.? Akibatnya dimata kekuasaan, NU dipandang sebelah mata.

NU juga menghadapai tantangan ketika mengalamai gangguan penyusupan bahkan pengambil alihan basis-basis keumatannya, terutama masjid-masjid Nahdliyyin, oleh kelompok-kelompok gelap pendatang baru berfaham radikal.

Sedangkan terkait hubungan antara umat Nahdliyyin dengan elite NU sendiri. Masdar melihat selama ini semakin dirasakan antara elite NU dengan warganya, terasa sangat renggang. Ketaatan dari berbagai tausiyah yang disampaikan oleh elite NU semakin lama semakin dirasakan berkurang oleh warga.

"Tantangan hubungan warga Nahdliyyin dengan elite NU sendiri yang kian renggang. Bahkan antara zu'ama dengan ulama NU sendiri yang selama ini terasa saling menjauh satu sama lain. Penyebabnya antara lain kalkulasi dan hubungan politis yang mempengaruhi hubungan lahir dan batin diantara mereka," tegas Masdar.

Satu-satunya jalan untuk mengatasi semua ancaman, menurutnya, adalah bertekad kembali ke jati diri, khittah 1926, yang secara operasional berarti, kembali ke umat. "NU sebagai jam'iyyah dan ulama sebagai pengendalinya semunya musti bekerja untuk melayani umat. Umat adalah wajah Allah di muka bumi. Melayani Allah berarti secara nyata NU melayani umat," tandas Masdar.

Ia juga menegaskan sebagai jalur aspirasi umat, agenda utama NU adalah persoalan ekonomi, kesehatan, pendidikan, budaya dan lingkungan sebagai acuannya. Tidak ada yang perlu diragukan dan dikhawatirkan dari umat, terutama kalangan mustadh?afinnya. Ketika NU memalingkan kembali wajahnya dan mendampingi umat dan setia melayani mereka maka semua problem yang mengamcam NU diatas akan teratasi dengan baik.

Muktamar NU adalah momentum pertaruhan besar; hendak bangkit menuju kejayaan atau justru terpuruk dan terbuang. Adalah wajib bagi para muktamirin, untuk mengembalikan jati diri NU sebagai jangkar keutuhan Indonesia yang bhineka dan benteng moralitas bangsa. (*/OL-02)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar